BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva
Persiapan wadah dilakukan dengan tujuan
mempersiapkan wadah dalam kondisi yang baik serta larva dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam persiapan wadah ialah:
1. Pengeringan
Bak
Bak
dicuci dengan menggunakan detergen dan dibilas dengan air tawar untuk
menghilangkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang menempel didinding , selanjutnya
lakukan pengeringan selama 1-2 hari.
2. Pengaporitan
Bak
Untuk
menghilangkan bakteri-bakteri serta hama yang mungkin melekat pada dinding dan
dasar kolam, bak dikaporit dengan dosis kaporit 600 ppm. Pengaporitan dilakukan
dengan cara melarutkan kaporit dengan dosis yang ada ke dalam air 100 liter,
yang nanti nya akan di siram merata ke seluruh permukaan bak dengan pompa air.
3. Sterilisasi
Peralatan
Peralatan
disteril kan dengan merendam nya kedalam larutan formalin, adapun
peralatan-peralatan yang direndam dengan larutan formalin ialah: Ember, Gelas Beker,
Gayung, Selang, Batu Aerasi, Timah, Selang Aerasi,dan Plastik. Semua peralatan
direndam terpisah menggunakan larutan formalin dengan dosis 2500 ppm.
4. Pencucian
Bak
Pencucian
bak dilakukan untuk menghilangkan sisa –sisa kaporit yang masih mungkin melekat
pada dinding dan dasar bak. Pencucian dilakukan dengan menggunakan detergen dan
dibilas menggunakan air tawar.
5. Pemasangan
dan Persiapan Alat
Peralatan
yang telah direndam dengan larutan formalin, selanjut nya dibilas dengan air
tawar, untuk selang aerasi, batu aerasi serta plastik di pasang pada bak larva,
sedang kan peralatan lain nya di letakkan dan di persiapkan untuk menunjang proses
pemeliharaan larva nantinya.
6. Pemberian
Treflan
Pemberian
treflan berfungsi untuk menghindari tumbuh nya jamur. Pemberian treflan
diberikan pada bak dengan cara melarutkan treflan dengan dosis 0,5 ppm pada 100
liter air yang nanti nya akan di siram merata ke seluruh permukaan bak dengan
menggunakan pompa.
4.2. Pemeliharaan Larva
4.2.1.Penebaran
Naupli
Setelah
dilakukan persiapan wadah, tahapan selanjut nya yang dilakukan ialah persiapan
air untuk naupli. Adapun persiapan air untuk naupli ialah :
-
Mengisi air dengan volume 50% dari
volume bak.
-
Memberi Kaporit sebanyak 3 ppm dan
Thiosulfat sebanyak 1,5 ppm terhadap air dengan kondisi aerasi hidup dengan
kekuatan maksimal.
-
Memberi EDTA dengan dosis 20 ppm.
-
Memberi treflan dengan dosis 0,5 ppm
untuk mencegah tumbuh nya jamur dan penyakit pada tubuh larva.
-
Memberi plankton sebanyak 1/2 ton
sebagai pakan pertama bagi naupli.
Naupli
yang akan ditebar merupakan naupli yang berasal dari CPB situbundo. Sebelum di
tebar naupli harus melewati tahapan Rinsing
Naupli ialah pencucian
naupli dengan air mengalir (flow thourgh)
dimaksudkan untuk membersihkan naupli yang dihasilkan dari kotoran yang melekat
sehingga naupli yang dihasilkan juga terjaga kualitasnya dan pertumbuhannya
sebelum di transfer di bak pemeliharaan tetap terjaga dan rendah bakteri,
tahapan ini berlangsung selama ±2-3 jam sampai naupli sudah mencapai stadia N-5.
Setelah
naupli dinyatakan cukup umur dan telah melewati tahapan Rinsing Naupli, kemudian naupli di tebar ke bak pemeliharaan larva.
Sebelum ditebar naupli di aklimatisasi suhu dan salinitas. Ember yang berisi
naupli dimiringkan di permukaan air secara perlahan lalu biarkan naupli keluar
dari ember dan berada di air pada bak, tujuan dari aklimatisasi ini ialah agar
naupli tidak mengalami stress yang nantinya dapat mengakibatkan kematian.
4.2.2. Pengelolaan
dan Pengamatan Kualitas Air
Pengelolaan
air dimaksudkan untuk meningkatkan atau menjaga kualitas air supaya tetap dalam
keadaan yang sesuai bagi pertumbuhan udang. Dalam pengelolaan air ada berbagai
cara yang dapat dilakukan termasuk treatment air serta pergantian air secara
rutin. Mentreatment air dilakukan dengan cara pemberian EDTA dengan dosis 10
ppm dengan tujuan dapat mengikat kandungan logam dalam air dan Treflan 0,05 ppm dengan tujuan
membersihkan tubuh udang dari penyakit dan mencegah tumbuh nya jamur, treatment
air ini dilakukan ketika benur masih dalam stadia muda, ketika sudah mencapai
post larva maka treatment air dilakukan ketika diperlukan. Pergantian air
(sirkulasi air) dilakukan ketika masuk stadia Zoea 2 secara rutin atau ketika
sudah dalam kondisi diperlukan yaitu ketika kepadatan plankon yang terlalu
padat atau warna air terlalu pekat, air
dikeluarkan dari pipa outlet sebanya 2 ton dan dimasukkan
ton air laut +
ton air tawar, dalam
kondisi warna air terlalu pekat dan banyak timbulnya busa atau buih di
permukaan air, sirkulasi air dapat dilakukan.
Pengamatan kualitas
air dilakukan secara rutin, pengukuran dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.
Secara langsung : Mengukur kualitas air di bak pemeliharaan (
pH, Suhu, Salinitas dan Warna air )
2.
Secara tidak langsung : Mengukur kualitas air lewat sampel air
yang diambil di bak dan di ukur dalam laboratorium .( DO, CO2,
Alkalinitas, Nitrit, Nitrat dan Ammonia )
Berikut tabel parameter kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan udang :
Tabel.4.1.
Parameter Kualitas Air yang Dianjurkan Bagi Pertumbuhan Udang
No.
|
Parameter Kualitas Air
|
Batasan
|
1
|
Suhu
|
29-32oC
|
2
|
Salinitas
|
28-32 ppt
|
3
|
pH
|
7,0-8,3
|
4
|
DO
|
5,0-9,0
|
5
|
Ammonia
|
<0,03 ppm
|
6
|
Nitrit
|
<1 ppm
|
Sumber :Data Primer 2015
4.2.3. Pengelolaan
Pakan
Pakan
diberikan untuk memacu pertumbuhan larva. Adapun jenis pakan yang diberikan yaitu
jenis pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami berupa plankton ( thala
/ chaeto / tetraselmis) di berikan
pada udang stadia Naupli, Mysis sampai PL 1, Artemia diberikan pada udang
stadia PL 2 - Panen. Untuk pakan
buatan berupa CP 00, CP 01, CP 02
dan Spirulina berbentuk tepung.
Berikut
Tabel jadwal pemberian pakan, prophylaxis
dan probiotik sesuai dengan stadia udang .
Tabel.4.2.Jadwal Pemberian Pakan Pada Stadia Nauply, Zoea, Mysis
Jam
|
Jenis
|
Ket.
|
07.00
|
PB
|
|
08.00
|
PA(Algae)
|
|
08.30
|
Molasses
|
1 ppm
|
|
Pro-z
|
10 ppm
|
|
EDTA
|
10 ppm
|
|
Vit.C
|
2 ppm
|
11.00
|
PB
|
|
13.00
|
PB
|
|
14.00
|
PA(Algae)
|
|
14.30
|
Treflan
|
0.05ppm
|
16.00
|
PB
|
|
19.00
|
PB
|
|
23.00
|
PB
|
|
01.00
|
PB
|
|
05.00
|
Sumber
: Data Primer 2015
|
PB
|
|
Tabel.4.3.Jadwal Pemberiaan Pakan Pada Stadia
Mysis 3- PL Panen
Jam
|
Jenis
|
Ket.
|
07.00
|
PB
|
|
08.00
|
Vanapro
|
3-10 ppm
|
|
Molases
|
1
-2ppm
|
|
PA
(Artemia)
|
|
11.00
|
PB
|
|
13.00
|
PB
|
|
14.00
|
PA
(Artemia)
|
|
16.00
|
PB
|
|
19.00
|
PB
|
|
20.00
|
PA
(Artemia)
|
|
23.00
|
PB
|
|
01.00
|
PB
|
|
05.00
|
Sumber
: Data Primer 2015
|
PB
|
|
4.2.4. Pengamatan
Pertumbuhan Udang
Pengamatan pertumbuhan
dilakukan setiap hari dengan cara mengambil sampel langsung dari bak
pemeliharaan dengan menggunakan beaker glass, kemudian diarahkan ke cahaya untuk
melihat kondisi tubuh larva. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
larva, gerakan, dan sisa pakan. Sedangkan pengamatan mikroskopis dengan cara
mengambil beberapa ekor larva dan dilakukan pengamatan menggunakan alat
mikroskop, pengamatan ini dilakukan untuk melihat dan mengamati morfologi tubuh
larva, keadaan parasit, pathogen yang menyebabkan larva terserang penyakit. Dengan
mengetahui perkembangan larva maka juga dapat menentukan perubahan stadia,
gerakan aktif juga menandakan bahwa larva tersebut baik.
Dari hasil pengamatan maka dapat diketahui perkembangan larva dari setiap
stadia yaitu:
1) Stadia Naupli
Stadia ini memiliki
ciri-ciri yaitu badan berbentuk bulat telur, beranggota badan tiga dan masih
memiliki cadangan kuning telur.
Secara visual stadia
naupli terlihat seperti laba-laba kecil dengan gerakan renang tersedat-sedat,
lalu berhenti sesaat kemudian melanjutkan renang. Pembagian tubuh atas karapas
dan abdomennya belum terlihat jelas dimana naupli 1 badan berbentuk bulat telur
dengan tiga pasang anggota tubuh, naupli 2 pada ujung antena pertama terdapat
satae yang panjang dan pendek, naupli 3 terdapat dua buah furtcel mulai tampak
jelas dengan masing-masing tiga duri, tunas maxillped mulai tampak, naupli 4
masing-masing furtcel mulai tampak jelas terdapat empat buah duri, antena kedua
beruas-ruas, naupli 5 tonjolan pada maxilliped suah mulai jelas, naupli 6 perkembangan
satae semakin sempurnadan duri pada fortcel tumbuh makin panjang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar.4.1.Perkembangan Naupli
2)
Stadia Zoea
Stadia naupli akan berubah menjadi stadia zoea
setelah ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Pada stadia ini zoea
akan mengalami ganti kulit (moulting) yang menjelaskan bahwa pada stadia ini
benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2,
zoea 3. Lama waktu proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya
sekitar 4-5 hari. Secara visual stadia ini memiliki ciri yang khas, yaitu
terlihat adanya kotoran yang menempel pada ekor dan berenang maju. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
Gambar.4.2.Perkembangan
Larva Stadia zoea
Tabel.4.4.Ciri-Ciri
Stadia Zoea Pada Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei)
Stadia
|
Ciri-ciri yang
tampak
|
Zoea 1
|
Badan pipih dan karapas mulai nyata, mata mulai tampak, alat
pencernaan makanan mulai jelas.
|
Zoea 2
|
Mata mulai bertangkai dan pada karapas sudah terlihat rostrum.
|
Zoea 3
|
Sepasang uropoda mulai berkembang, ruas-ruas perut mulai
tumbuh.
|
Sumber: Data Primer
(2015)
3)
Stadia Mysis
Pada stadia ini larva sudah hampir menyerupai
bentuk udang yang bercirikan sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor
(telson). Ukuran larva berkisar antara 3 – 4,5 mm. Pada stadia ini berlangsung
selama 3-4 hari dimulai dari stadia mysis 1-3 sebelum memasuki stadia post
larva (PL), gerakannya mundur kebelakang. Pada stadia ini, benih sudah
menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas
(uropoda) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan
fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva sudah berkisar 3,50 - 4,80 mm.
Stadia ini memiliki 3 substadia, yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3 yang
berlangsung selama 3 - 4 hari sebelum masuk pada stadia post larva. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar dan tabel berikut:
Gambar.4.3.Perkembangan Larva Stadia Mysis
Tabel.4.5.: Ciri-Ciri
Stadia Mysis Pada Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei)
Stadia
|
Ciri-ciri yang menonjol
|
Mysis 1
|
Bentuk badan sudah seperti udang dewasa
|
Mysis 2
|
Tunas kaki renang (pleopoda) mulai tampak nyata tetapi belum
beruas-ruas
|
Mysis 3
|
Tunas kaki bertambah panjang dan beruas
|
Sumber: Data Primer (2015)
4)
Stadia Post Larva
Pada stadia ini akan tampak jelas seperti
udang dewasa. Larva sudah mulai bergerak aktif lurus ke depan serta mempunyai
sifat karnivora dimulai dari post larva (PL 1) sampai dengan panen benur. Pada
stadia ini benih udang sudah tampak seperti udang dewasa dan sudah mulai
bergerak lurus ke depan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar.4.4.Perkembangan Larva Stadia Post Larva
4.3. Kultur Pakan Alami
4.3.1. Kultur
Thalasiosira , Chaetoceros &
Tetraselmis
Untuk
kebutuhan algae, di CPB Rembang memiliki divisi yang bertanggung jawab dalam
memproduksi algae. Algae yang di produksi ialah Thalasiosira, Chaetoceros & Tetraselmis. Dalam management
produksi algae terdapat tahapan-tahapan dalam nya , yaitu :
1.
Skala Laboratorium
a. Sterilisasi
Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan dalam Kultur Thalasiosira,
Chaetoceros & Tetraselmis pada skala laboratorium seperti: beaker
glass, beaker plastic, pipet tetes, selang aerasi, dan peralatan lainnya yang
akan digunakan maupun telah digunakan harus dalam keadaan steril. Untuk
mensterilkan peralatan yang sudah digunakan dapat dilakukan dengan merendam peralatan di larutan HCL 100 ppm ,menyiram dengan air tawar kemudian di
cuci dengan deterjen sesuai kebutuhan, dibilas
kembali dengan air tawar, lalu di keringkan di
rak.
Pada tahap ini kesterilan alat, media
kultur, dan tempat sangat dibutuhkan. Untuk peralatan kultur (cawan petri,
tabung reaksi, erlenmeyer) terlebih dahulu dicuci bersih dengan air tawar
kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave.
b. Pembuatan Media Starter
Media yang digunakan dalam teknik
kutur algae berbeda-beda sesuai dengan tahapan nya, adapun media yang digunakan
ialah :
·
Media Agar
Media agar adalah media yang
digunakan pada tahap inokulasi bibit algae pada petri. pembuatan media agar
ialah dengan cara menambah kan 1,5 gr bacto
agar didalam 100 ml guilard,
kemudian di aduk diatas stir plate
dan di sterilkan dengan autoclave, lalu
dituangkan ke cawan petri dan didingin kan didalam lemari pendingin.
·
Media Ampul dan Flask ( guilard
)
Media guilard
adalah media yang digunakan pada tahap kultur dalam ampul dan flask. Untuk Thalla dan Caetoceros cara pembuatan
media guilard nya ialah menambahkan 60 ml silikat, 60 ml NaH2PO4,
dan 60 ml FeCl3 kedalam air laut ber salinitas 27 ppt dengan volume
60 liter, larutan di aduk dengan menggunakan aerasi sampai homogen. Larutan ini
dimasukkan kedalam botol bervolume 1 liter sebagai wadah penyimpanan , lalu
media di steril kan dengan menggunakan Autoclave.
·
Media Botol
Media yang digunakan di tahapan kultur algae dalam botol
menggunakan air laut yang ditambah dengan pupuk dengan komposisi tertentu. Adapun
komposisi pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel.4.6.Komposisi Pupuk Media Kultur dalam Botol (Thalasiosira & Chaetoceros)
No.
|
Jenis pupuk
|
Jumlah
|
1.
|
Silikat
|
0.5 ml/liter
|
2.
|
EDTA
|
0.25 ml/liter
|
3.
|
Sumber
: Data Primer (2015)
|
AGP
|
0.5 ml/liter
|
Tabel.4.7.Komposisi Pupuk Media
Kultur dalam Botol (Tetraselmis)
No.
|
Jenis pupuk
|
Jumlah
|
1.
|
NaNO3
|
3 ml/liter
|
2.
|
EDTA
|
0.25 ml/liter
|
3.
|
AGP
|
0.5 ml/liter
|
Sumber : Data Primer (2015)
Komposisi pupuk dan dosis diatas
dimasukkan kedalam 60 liter air laut bersalinitas 27-28 ppt dan di aduk dengan aerasi sampai homogen, lalu
di masukkan kedalam botol bervolume 1 liter sebagai wadah penyimpanan,
selanjutnya di Autoclave untuk
mensterilkan nya.
·
Media Galon
Pembuatan media ini dilakukan didalam
galon berisi 10 liter air laut bersalinitas 27-28 ppt, sebelum diberi pupuk air
galon yang sebelum nya berkaporit harus di netral kan dengan thiosulfat
sebanyak 10 ml. Berikut tabel pemberian pupuk pada pembuatan media kultur algae
di galon.
Tabel.4.8.Dosis Pupuk Pada Pembuatan Media Kultur Algae
di Galon (Thalasiosira & Chaetoceros)
No.
|
Jenis Pupuk
|
Jumlah
|
1.
|
Silikat + EDTA
|
0,5 ml/liter
|
2.
|
AGP
|
0.5 ml/liter
|
Sumber : Data Primer (2015)
Tabel.4.9.Dosis Pupuk Pada Pembuatan Media Kultur Algae
di Galon (Tetraselmis)
No.
|
Jenis Pupuk
|
Jumlah
|
1.
|
NaNO3
|
5 ml/liter
|
2.
|
EDTA
|
0.5 ml/ liter
|
3.
|
Sumber
: Data Primer (2015)
|
AGP
|
0.5 ml/liter
|
Pupuk di masukkan kedalam galon yang
telah berisi air sebanyak 10 liter dan telah dilengkapi dengan aerasi.
c.
Tahapan Kultur (Pembuatan Starter)
·
Penanaman bibit algae pada media agar di cawan petri :
penanaman dilakukan di ruangan laminar , ambil 50 mikro liter algae yang berada
dalam flask yang sebelum nya telah disortir dan dipilih yang terbaik dengan menggunakan mikro pipet, ratakan
dengan spreader yang sebelum nya
telah di sterilkan dengan api bunsen.
·
Dari cawan petri ke ampul: Setelah bibit algae tumbuh di
media agar, selanjutnya ialah mengambil bibit algae tersebut dengan jarum ose yang
telah di sterilkan dan masukkan ke dalam ampul yang telah diisi dengan media
guilard, tambah kan vitamin. Pengkulturan berlangsung selama 5-7 hari.
·
Dari ampul ke flask: Sediakan air media untuk kultur dalam
flask sebanyak 150 ml, lalu masukkan algae yang berada di ampul kedalam flask
ukuran 250 ml. Pengkulturan berlangsung selama 5 hari.
·
Dari flask ke botol (1) 1 liter: Pentransferan dilakukan
dengan cara menuangkan bibit yang terdapat dalam flask kedalam botol yang sudah
berisi air media yang sudah siap, masing-masing botol berisi 600 ml ir media
ditambahkan dengan 200 ml bibit yang berada dalam flask. Lakukan pemasangan
selang aerasi, pengkulturan berlangsung selama 3 hari.
·
Dari botol (1) ke botol (2): Pentransferan antara botol (1)
kebotol (2) dilakukan dengan cara menuangkan masing-masing 100 ml bibit dalam
botol (1) kedalam botol (2) yang sebelum nya telah berisi air media sebanyak
600 ml. Lakukan pemasangan selang aerasi, pengkulturan berlangsung selama 3
hari.
·
Dari botol (2) ke galon (1): Tahapan ini disebut upscale. Menyiapkan air media dalam
galon dengan menambahkan pupuk kedalam 10 liter air sesuai dengan dosisnya.
Selanjutnya pilih bibit yang paling lama dikultur untuk digunakan sebagai bibit
yang akan ditransfer dalam galon, pengkulturan dilakukan dengan cara menuangkan
2 buah botol (2) kedalam 1 buah galon (1). Pengkulturan dalam galon (1)
berlangsung selama 3 hari untuk Thallasiosira
& Chaetoceros dan 5 hari untuk Tetraselmis.
·
Dari galon (1) ke galon (2) : Tahapan ini disebut Split . Menyiapkan air media dalam galon
dengan menambahkan pupuk yang dosis nya sama dengan pupuk yang ditambahkan pada
pembuatan air media galon (1) kedalam 10 liter air. Pentransferan dilakukan
dengan cara menambahkan 4 liter bibit dalam galon (1) kedalam galon (2).
Pengkulturan berlangsung selama 3 hari untuk Thalla & Chaetoceros dan 5 hari untuk Tetraselmis.
2.
Intermediate
Wadah yang digunakan dalam tahapan
intermediate ialah fiber bervolume 1 ton serta bak berukuran kecil .
a.
Kultur Intermediate Thalasiosira
Air laut diisi kedalam fiber sebanyak
1 ton. Dosis pupuk yang digunakan dalam pemupukan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel.4.10.Dosis Pupuk Kultur Thalasiosira & Chaetoceros di fiber
No.
|
Jenis Pupuk
|
Dosis
|
1.
|
Silikat
|
15 ppm
|
2.
|
NaNO3
|
50 ppm
|
3.
|
KNO3
|
50 ppm
|
4.
|
DSP
|
10 ppm
|
5.
|
UREA
|
30 ppm
|
6.
|
AGP
|
15 ml/ton
|
Sumber: PT.CPB Rembang
Lalu tambahkan 3 galon yang berisi
bibit kedalam 1 ton air laut yang sebelum nya telah dilakukan pemupukan. 2-3
hari selanjut nya bibit di pindahkan dengan pompa celup ke bak intermediate
yang sebelum nya bak yang berukuran 15 ton telah diisi air laut sebanyak 10 dan
telah dilakukan pemupukan serta pensterilan kaporit dengan thiosulfat. Adapun
dosis pupuk sebagai berikut.
Tabel.4.11.Dosis Pupuk Kultur Thalasiosira di bak intermediate
No.
|
Jenis Pupuk
|
Dosis
|
1.
|
Silikat
|
150 ml/ton
|
2.
|
NaNO3
|
50 ppm
|
3.
|
KNO3
|
50 ppm
|
4.
|
DSP
|
10 ppm
|
5.
|
UREA
|
30 ppm
|
6.
|
AGP
|
15 ml/ton
|
Sumber: CPB Rembang
Setelah 2-3 hari bibit Thalasiosira di pompa ke bak massal
dengan menggunakan pompa celup.
b.
Kultur Intermediate Chaetoceros
& Tetraselmis
Air laut diisi kedalam fiber dengan
volume 1 ton. Pemupukan dilakukan dengan menambahkan pupuk kedalam air media di
dalam fiber yang sebelum nya telah disterilkan dengan thiosulfat. Adapun dosis pupuk untuk Chaetoceros dapat dilihat pada tabel 4.10. Sedangkan untuk dosis
pupuk untuk Tetra Selmis dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel.4.12.Dosis Pupuk Kultur Tetraselmis di fiber
No.
|
Jenis
|
Dosis
|
1.
|
NaNO3
|
100 ppm
|
2.
|
KNO3
|
100 ppm
|
3.
|
UREA
|
60 ppm
|
4.
|
AGP
|
15 ml/ton
|
Sumber: PT.CPB Rembang
Setelah dilakukan pemupukan
selanjutnya dilakukan pemberian bibit sebanyak 3 galon setiap fiber nya. 2-3
hari selanjutnya bibit di pompa ke bak massal menggunakan pompa celup.
3. Massal
Setelah diisi dengan air, selanjutnya
dilakukan pemberian thiosulfate untuk menghilangkan kaporit dengan perbandingan
dosis 1:1. Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk dengan dosis sebaai
barikut.
Tabel.13.Dosis Pupuk Kultur Algae
Skala Massal
No.
|
Jenis
|
Dosis
|
1.
|
Silikat
|
150 ml/ton
|
2.
|
NaNO3
|
40 ppm
|
3.
|
KNO3
|
40 ppm
|
4.
|
DSP
|
10 ppm
|
5.
|
UREA
|
10 ppm
|
6.
|
AGP
|
15 ml/ton
|
Sumber: PT.CPB Rembang
4.3.2.
Kultur Artemia Salina
1.
Proses Dekapsulasi
Cyste artemia dituang dalam
ember besar ber volume 60 liter, campur dengan air tawar sebanyak
0,5 liter, kemudian diaduk hingga
butiran artemia basah secara merata. Lalu berikan larutan kaporit dan soda api dengan perbandingan 2 : 1.
Beri Aerasi dengan
tekanan yang kuat, tekanan aerasi yang kuat dilakukan bertujuan untuk menghomogenkan larutan kaporit dan soda api dalam proses dekapsulasi. Setelah dekapsulasi
cyste artemia, saring dengan memakai saringan 100 ยต yang dipasang di rangka persegi , lalu dibilas hingga bersih dengan air
tawar sampai bau seperti chlorine dan soda api menghilang. Selama proses dekapsulasi
diusahakan suhu tidak lebih dari 40ยบC karena dapat menyebabkan artemia
terbakar dan mati. Proses dekapsulasi diulang
3-4 kali yang diakhiri dengan perubahan warna dari warna awal (coklat) menjadi abu lalu menjadi merah bata .
Keuntungan
dari dekapsulasi artemia adalah:
- Membunuh bakteri dan jamur yang terdapat
pada cyste melalui pemberian chlorine.
-
Mengurangi kotoran cangkang setelah penetasan karena adanya
penipisan pada cangkang.
-
Lebih cepat menetas karena nauplius artemia mudah merobek cangkang
yang tipis, sehingga tingkat penetasan tinggi.
2.
Proses Kultur
Artemia yang telah di dekapsulasi selanjut nya dapat langsung
dikultur atau di simpan di lemari es untuk pemakaian selanjut nya .
Pengkulturan dilakukan dengan cara membilas telur artemia dengan air tawar
didalam seser 100 ยต , ambil 1 kg telur artemia untuk selanjut nya di masukkan ke
tong dengan dasar berbentuk cone
dengan volume air tong 500 liter. Lama kultur berlangsung selama 24 jam.
3. Proses Panen
Pemanenan
dilakukan setelah telur artemia menetas dengan penampakan warna merah bata
cerah . Alat yang digunakan dalam proses panen ialah: seser, ember berlubang,
aerasi, ember, pipa berlubang, kantong saringan, dan karet. Langkah-langkah
panen artemia ialah pasang pipa berlubang di lubang tengah cone, biarkan ampas sisa telur yang telah menetas mengendap
dibawah, tunggu sekitar ± 15 menit, memasang kantong saringan ke pipa
pengeluaran dengan karet, lalu buka pipa pengeluaran dan biarkan artemia keluar
dan tertampung di dalam kantong saringan 150 ยต,
tunggu sampai seluruh artemia habis keluar dan hanya menyisakan ampas di dasar
tong, tampung artemia yang telah di panen dalam ember yang telah diberi aerasi,
selanjut nya artemia siap di bagi ke bak-bak yang terdapat PL nya.
4.4.
Quality Control ( QC)
Quality Control dilakukan oleh divisi
independent yang terdapat di CPB Rembang yaitu LAB QC, fungsi dari divisi ini
ialah untuk memonitoring macam-macam kualitas yang harus di jaga dalam
menyokong proses dalam pemeliharaan larva. LAB QC terdiri atas:
1.
Mikrobiologi
Fungsi
diadakannya mikrobiologi ini adalah untuk menumbuhkan bakteri sehingga dapat
dilihat dan dihitung jumlah bakteri yang berbahya pada udang,air media tempat
tumbuh dan berkembangnya udang,peralatan yang digunakan,serta air resevoar. Di dalam kultur bakteri
terdapat : kultur water ,kultur body, wet mounth dan kultur swab. Stadia sampel
yang digunakan yaitu ; Zoea 2, Mysis 2, PL 2, PL 5 dan PL 7. Semua alat-alat
yang digunakan harus steril. Cara sterilisasi alat ada 3 yaitu:
-
Di cuci bersih dan di keringkan
-
Di cuci, di keringkan dan di bakar
-
Di cuci, di keringkan , di autoclave , di oven dan menggunakan sinar
UV.
a. Kultur
Water
-
Pengambilan Sampel.
-
Siapkan cawan petri yang sudah ada agar TSATryptone
Soya Agar (untuk semua bakteri) & TCBS / Thiosulfate Citrate Bilesalt
Sucrose (hanya untuk vibrio).
-
Ambil sampel menggunakan mikropipet sebanyak 50 mikro liter.
-
Lalu lakukan penanaman di dalam media
agar yang sudah disiapkan.
-
Masukkan kedalam incubator selama 18-24
jam.
-
Lakukan penghitungan bakteri yang tampak
tumbuh pada media keesokan harinya.
b. Kultur
Body
-
Pengambilan Sampel.
-
Sampel di saring dan dikeringkan dengan
tissue steril.
-
Ambil sampel udang masukan ke dalam tube
gerus masukan sampel antara 0,001-0,005 gr.
-
Gerus sampel dan lakukan pengenceran sebanyak
3 kali.
-
Lakukan penanaman ke media agar dengan
menambahkan 20 mikroliter sampel yang telah di encerkan.
-
Ratakan sampel tersebut dengan
menggunkan spreader.
-
Masukkan ke dalam incubator selama 18-24
jam.
-
Lakukan penghitungan keesokan harinya.
c. Kultur
Wet Mount
-
Pengambilan Sampel.
-
Sampel di saring dan dikeringkan dengan
tissue steril.
-
Menambahkan air laut yang telah di Autoclave
kedalam cawan petri.
-
Masukan sampel udang sebanyak 50 ekor.
-
Ratakan sampel udang dengan menggunakan
pinset.
-
Masukkan kedalam incubator selama 18 jam.
-
Lakukan pengecekan keesokan hari nya
dengan cara melihat jumlah udang dengan kondisi menyala pada ruangan gelap.
d. Kultur
Swab
-
Pengambilan Sampel dengan menggunakan cottonbud.
-
Sampel di oles di media agar.
-
Masukkan di incubator selama 18-24 jam.
-
Hitung
jumlah bakteri yang tampak pada media.
2. FHM
(Fry Health Monitoring)
a.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dlakukan di pagi
hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel udang dengan
gelas plastik dengan banyak udang diambil ±30 ekor per gelas.
b.
Pengecekan Kesehatan Larva
Pengecekan dilakukan terhadap
sampel udang yang diambil. Berikut aspek-aspek yang di amati pada tubuh udang:
-
Stage : stadia udang
-
Gut : makanan yang ada di dalam usus
udang (%)
-
Lipid : persentase lemak pada hepato
pankreas
-
BHP ( Bolitas Hepato Pankreas ) : kelainan
di lipid hepato
-
BGI ( Bolitas Gut Intestin ) : kelainan
sampai ke usus
-
GMR ( Gut Muscle Ratio ) : perbandingan
Gut dengan daging
-
FIL (Fillament ) : bakteri yang menempel
di dalam tubuh
-
Vort ( Vorticella ) : bakteri yang
menempe di dalam tubuh
-
CNB ( Cannibal) : kematian udang yang
dimakan
-
NEC ( Necrosis) : kerusakan jaringan
karena bakteri
-
BR ( Bruise ) : udang yang buram /
stress
-
PIG ( Pigmentasi ) : perubahan warna
tubuh yang memerah
-
DEF ( Deformity ) : kelainan pada tubuh.
Penghitungan
dilakukan dengan memberi skor setiap aspek yang diamati, kemudian hitung
rata-rata dari skor yang diberi. Laporkan hasil pengecekan ke setiap module.
2.5. Panen
Teknik
panen yang dialkukan di CPB Rembang dibagi menjadi 2 cara yaitu :
1. Panen
Parsial
Panen
parsial atau panen sebagian ialah panen yang dilakukan terhadap sebagian benur
yang terdapat dalam bak yang diapanen . Peralatan yang digunakan
ialah:Seser,Ember,Oksigen.Cara pemanenan ialah dengan cara menyeser benur dari
atas,lalu dimasukkan ke dalam ember dengna kepadatan 150 ribu per ember.
2. Panen
Total
Panen
total ialah panen yang dilakukan terhadap keseluruhan benur yang terdapat pada
bak yang dipanen. Peralatan yang digunakan ialah : Seser, Waring, Oksigen dan Ember.
Cara pemanenan ialah dengan cara membuka pipa pengeluaran atau pipa outlet untuk mengeluarkan air sebanyak
50% dari volume total air, selanjut nya memasang waring ke pipa pengeluaran,
lalu buka pipa saringan dalam bak, kemudian seser benur yang keluar dari pipa
pengeluaran dengan seser, lalu tampung dalam ember yang telah diisi air laut
dan diberi oksigen.
Setelah dipanen, dilakukan
sampling dengan menggunakan takaran yang telah diperitungkan kepadatannya.
Setelah proses sampling selesai kemudian benur dikemas.
2.6. Pemasaran
Benur yang telah lolos uji siap panen
dan siap tebar dipasar kan ke:
Banyuwangi, Situbondo, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Tuban,
dan Bali. Pengiriman benur
di sekitar pulau jawa dilakukan dengan alat transportasi darat berupa truk atau
mobil box. Harga benur udang vannamei PL-9 pada
CPB Rembang ialah Rp 40,-/ekor.