Kamis, 08 Oktober 2015

Teknik Pemeliharaan Larva Udang Vannamei


BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva
Persiapan wadah dilakukan dengan tujuan mempersiapkan wadah dalam kondisi yang baik serta larva dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam persiapan wadah ialah:
1.    Pengeringan Bak
Bak dicuci dengan menggunakan detergen dan dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang menempel didinding , selanjutnya lakukan pengeringan selama 1-2 hari.
2.    Pengaporitan Bak
Untuk menghilangkan bakteri-bakteri serta hama yang mungkin melekat pada dinding dan dasar kolam, bak dikaporit dengan dosis kaporit 600 ppm. Pengaporitan dilakukan dengan cara melarutkan kaporit dengan dosis yang ada ke dalam air 100 liter, yang nanti nya akan di siram merata ke seluruh permukaan bak dengan pompa air.
3.    Sterilisasi Peralatan
Peralatan disteril kan dengan merendam nya kedalam larutan formalin, adapun peralatan-peralatan yang direndam dengan larutan formalin ialah: Ember, Gelas Beker, Gayung, Selang, Batu Aerasi, Timah, Selang Aerasi,dan Plastik. Semua peralatan direndam terpisah menggunakan larutan formalin dengan dosis 2500 ppm.
4.    Pencucian Bak
Pencucian bak dilakukan untuk menghilangkan sisa –sisa kaporit yang masih mungkin melekat pada dinding dan dasar bak. Pencucian dilakukan dengan menggunakan detergen dan dibilas menggunakan air tawar.

19
 


5.    Pemasangan dan Persiapan Alat
Peralatan yang telah direndam dengan larutan formalin, selanjut nya dibilas dengan air tawar, untuk selang aerasi, batu aerasi serta plastik di pasang pada bak larva, sedang kan peralatan lain nya di letakkan dan di persiapkan untuk menunjang proses pemeliharaan larva nantinya.
6.    Pemberian Treflan
Pemberian treflan berfungsi untuk menghindari tumbuh nya jamur. Pemberian treflan diberikan pada bak dengan cara melarutkan treflan dengan dosis 0,5 ppm pada 100 liter air yang nanti nya akan di siram merata ke seluruh permukaan bak dengan menggunakan pompa.
4.2. Pemeliharaan Larva
4.2.1.Penebaran Naupli
Setelah dilakukan persiapan wadah, tahapan selanjut nya yang dilakukan ialah persiapan air untuk naupli. Adapun persiapan air untuk naupli ialah :
-            Mengisi air dengan volume 50% dari volume bak.
-            Memberi Kaporit sebanyak 3 ppm dan Thiosulfat sebanyak 1,5 ppm terhadap air dengan kondisi aerasi hidup dengan kekuatan maksimal.
-            Memberi EDTA dengan dosis 20 ppm.
-            Memberi treflan dengan dosis 0,5 ppm untuk mencegah tumbuh nya jamur dan penyakit pada tubuh larva.
-            Memberi plankton sebanyak 1/2 ton sebagai pakan pertama bagi naupli.
Naupli yang akan ditebar merupakan naupli yang berasal dari CPB situbundo. Sebelum di tebar naupli harus melewati tahapan Rinsing Naupli ialah pencucian naupli dengan air mengalir (flow thourgh) dimaksudkan untuk membersihkan naupli yang dihasilkan dari kotoran yang melekat sehingga naupli yang dihasilkan juga terjaga kualitasnya dan pertumbuhannya sebelum di transfer di bak pemeliharaan tetap terjaga dan rendah bakteri, tahapan ini berlangsung selama ±2-3 jam sampai naupli sudah mencapai stadia N-5.
Setelah naupli dinyatakan cukup umur dan telah melewati tahapan Rinsing Naupli, kemudian naupli di tebar ke bak pemeliharaan larva. Sebelum ditebar naupli di aklimatisasi suhu dan salinitas. Ember yang berisi naupli dimiringkan di permukaan air secara perlahan lalu biarkan naupli keluar dari ember dan berada di air pada bak, tujuan dari aklimatisasi ini ialah agar naupli tidak mengalami stress yang nantinya dapat mengakibatkan kematian.
4.2.2. Pengelolaan dan Pengamatan Kualitas Air
Pengelolaan air dimaksudkan untuk meningkatkan atau menjaga kualitas air supaya tetap dalam keadaan yang sesuai bagi pertumbuhan udang. Dalam pengelolaan air ada berbagai cara yang dapat dilakukan termasuk treatment air serta pergantian air secara rutin. Mentreatment air dilakukan dengan cara pemberian EDTA dengan dosis 10 ppm dengan tujuan dapat mengikat kandungan logam dalam air  dan Treflan 0,05 ppm dengan tujuan membersihkan tubuh udang dari penyakit dan mencegah tumbuh nya jamur, treatment air ini dilakukan ketika benur masih dalam stadia muda, ketika sudah mencapai post larva maka treatment air dilakukan ketika diperlukan. Pergantian air (sirkulasi air) dilakukan ketika masuk stadia Zoea 2 secara rutin atau ketika sudah dalam kondisi diperlukan yaitu ketika kepadatan plankon yang terlalu padat  atau warna air terlalu pekat, air dikeluarkan dari pipa outlet sebanya 2 ton dan dimasukkan  ton air laut +    ton air tawar, dalam kondisi warna air terlalu pekat dan banyak timbulnya busa atau buih di permukaan air, sirkulasi air dapat dilakukan.





Pengamatan kualitas air dilakukan secara rutin, pengukuran dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.         Secara langsung : Mengukur kualitas air di bak pemeliharaan ( pH, Suhu, Salinitas dan Warna air )
2.         Secara tidak langsung : Mengukur kualitas air lewat sampel air yang diambil di bak dan di ukur dalam laboratorium .( DO, CO2, Alkalinitas, Nitrit, Nitrat dan Ammonia )
Berikut tabel parameter kualitas air yang baik untuk pertumbuhan udang :
Tabel.4.1. Parameter Kualitas Air yang Dianjurkan Bagi Pertumbuhan Udang
No.
Parameter Kualitas Air
Batasan
1
Suhu
29-32oC
2
Salinitas
28-32 ppt
3
pH
7,0-8,3
4
DO
5,0-9,0
5
Ammonia
<0,03 ppm
6
Nitrit
<1 ppm
        Sumber  :Data Primer 2015
4.2.3. Pengelolaan Pakan
Pakan diberikan untuk memacu pertumbuhan larva. Adapun jenis pakan yang diberikan yaitu jenis pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami berupa plankton  ( thala / chaeto / tetraselmis)  di berikan pada udang stadia Naupli, Mysis sampai PL 1, Artemia diberikan pada udang stadia PL 2 - Panen. Untuk pakan  buatan  berupa CP 00, CP 01, CP 02 dan Spirulina berbentuk tepung.




Berikut Tabel  jadwal pemberian pakan, prophylaxis dan probiotik sesuai dengan stadia udang .
Tabel.4.2.Jadwal Pemberian Pakan  Pada Stadia Nauply, Zoea, Mysis
Jam
Jenis
Ket.
07.00
PB

08.00
PA(Algae)

08.30
Molasses
1 ppm

Pro-z
10 ppm

EDTA
10 ppm

Vit.C
2 ppm
11.00
PB

13.00
PB

14.00
PA(Algae)

14.30
Treflan
0.05ppm
16.00
PB

19.00
PB

23.00
PB

01.00
PB

05.00
Sumber : Data Primer 2015
PB


 Tabel.4.3.Jadwal Pemberiaan Pakan Pada Stadia Mysis 3- PL Panen
Jam
Jenis
Ket.
07.00
PB
08.00
Vanapro
3-10  ppm
Molases
1 -2ppm
PA (Artemia)
11.00
PB
13.00
PB
14.00
PA (Artemia)
16.00
PB
19.00
PB
20.00
PA (Artemia)
23.00
PB
01.00
PB
05.00
Sumber : Data Primer 2015
PB
  

                                          




4.2.4. Pengamatan Pertumbuhan Udang
Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap hari dengan cara mengambil sampel langsung dari bak pemeliharaan dengan menggunakan beaker glass, kemudian diarahkan ke cahaya untuk melihat kondisi tubuh larva. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan larva, gerakan, dan sisa pakan. Sedangkan pengamatan mikroskopis dengan cara mengambil beberapa ekor larva dan dilakukan pengamatan menggunakan alat mikroskop, pengamatan ini dilakukan untuk melihat dan mengamati morfologi tubuh larva, keadaan parasit, pathogen yang menyebabkan larva terserang penyakit. Dengan mengetahui perkembangan larva maka juga dapat menentukan perubahan stadia, gerakan aktif juga menandakan bahwa larva tersebut baik.
Dari hasil pengamatan maka dapat diketahui perkembangan larva dari setiap stadia yaitu:
1)   Stadia Naupli
Stadia ini memiliki ciri-ciri yaitu badan berbentuk bulat telur, beranggota badan tiga dan masih memiliki cadangan kuning telur.
Secara visual stadia naupli terlihat seperti laba-laba kecil dengan gerakan renang tersedat-sedat, lalu berhenti sesaat kemudian melanjutkan renang. Pembagian tubuh atas karapas dan abdomennya belum terlihat jelas dimana naupli 1 badan berbentuk bulat telur dengan tiga pasang anggota tubuh, naupli 2 pada ujung antena pertama terdapat satae yang panjang dan pendek, naupli 3 terdapat dua buah furtcel mulai tampak jelas dengan masing-masing tiga duri, tunas maxillped mulai tampak, naupli 4 masing-masing furtcel mulai tampak jelas terdapat empat buah duri, antena kedua beruas-ruas, naupli 5 tonjolan pada maxilliped suah mulai jelas, naupli 6 perkembangan satae semakin sempurnadan duri pada fortcel tumbuh makin panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut :         






 Gambar.4.1.Perkembangan Naupli
2)   Stadia Zoea
Stadia naupli akan berubah menjadi stadia zoea setelah ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Pada stadia ini zoea akan mengalami ganti kulit (moulting) yang menjelaskan bahwa pada stadia ini benih udang mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, zoea 3. Lama waktu proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya sekitar 4-5 hari. Secara visual stadia ini memiliki ciri yang khas, yaitu terlihat adanya kotoran yang menempel pada ekor dan berenang maju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.






       Gambar.4.2.Perkembangan Larva Stadia zoea
Tabel.4.4.Ciri-Ciri Stadia Zoea Pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Stadia
Ciri-ciri yang tampak
Zoea 1
Badan pipih dan karapas mulai nyata, mata mulai tampak, alat pencernaan makanan mulai jelas.
Zoea 2
Mata mulai bertangkai dan pada karapas sudah terlihat rostrum.
Zoea 3
Sepasang uropoda mulai berkembang, ruas-ruas perut mulai tumbuh.
Sumber: Data Primer (2015)


3)   Stadia Mysis
Pada stadia ini larva sudah hampir menyerupai bentuk udang yang bercirikan sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Ukuran larva berkisar antara 3 – 4,5 mm. Pada stadia ini berlangsung selama 3-4 hari dimulai dari stadia mysis 1-3 sebelum memasuki stadia post larva (PL), gerakannya mundur kebelakang. Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva sudah berkisar 3,50 - 4,80 mm. Stadia ini memiliki 3 substadia, yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3 yang berlangsung selama 3 - 4 hari sebelum masuk pada stadia post larva. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dan tabel berikut:






Gambar.4.3.Perkembangan Larva Stadia Mysis 
Tabel.4.5.: Ciri-Ciri Stadia Mysis Pada Udang Vannamei (Litopenaeus      vannamei)
Stadia
Ciri-ciri yang menonjol
Mysis 1
Bentuk badan sudah seperti udang dewasa
Mysis 2
Tunas kaki renang (pleopoda) mulai tampak nyata tetapi belum beruas-ruas
Mysis 3
Tunas kaki bertambah panjang dan beruas
Sumber: Data Primer (2015)
4)   Stadia Post Larva 
Pada stadia ini akan tampak jelas seperti udang dewasa. Larva sudah mulai bergerak aktif lurus ke depan serta mempunyai sifat karnivora dimulai dari post larva (PL 1) sampai dengan panen benur. Pada stadia ini benih udang sudah tampak seperti udang dewasa dan sudah mulai bergerak lurus ke depan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:           




     Gambar.4.4.Perkembangan Larva  Stadia Post Larva      
4.3.  Kultur Pakan Alami
4.3.1. Kultur Thalasiosira , Chaetoceros & Tetraselmis
Untuk kebutuhan algae, di CPB Rembang memiliki divisi yang bertanggung jawab dalam memproduksi algae. Algae yang di produksi ialah Thalasiosira, Chaetoceros & Tetraselmis. Dalam management produksi algae terdapat tahapan-tahapan dalam nya , yaitu :
1.        Skala Laboratorium
a.       Sterilisasi Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan dalam Kultur Thalasiosira, Chaetoceros & Tetraselmis pada skala laboratorium seperti: beaker glass, beaker plastic, pipet tetes, selang aerasi, dan peralatan lainnya yang akan digunakan maupun telah digunakan harus dalam keadaan steril. Untuk mensterilkan peralatan yang sudah digunakan dapat dilakukan dengan merendam peralatan di larutan HCL 100 ppm ,menyiram dengan air tawar kemudian di cuci dengan deterjen sesuai kebutuhan, dibilas kembali dengan air tawar, lalu di keringkan di rak.
Pada tahap ini kesterilan alat, media kultur, dan tempat sangat dibutuhkan. Untuk peralatan kultur (cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer) terlebih dahulu dicuci bersih dengan air tawar kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave.
b.      Pembuatan Media Starter
Media yang digunakan dalam teknik kutur algae berbeda-beda sesuai dengan tahapan nya, adapun media yang digunakan ialah :
·           Media Agar
Media agar adalah media yang digunakan pada tahap inokulasi bibit algae pada petri. pembuatan media agar ialah dengan cara menambah kan 1,5 gr bacto agar didalam 100 ml guilard, kemudian di aduk diatas stir plate dan di sterilkan dengan autoclave, lalu dituangkan ke cawan petri dan didingin kan didalam lemari pendingin.
·           Media Ampul dan Flask ( guilard )
Media guilard adalah media yang digunakan pada tahap kultur dalam ampul dan flask. Untuk Thalla dan Caetoceros cara pembuatan media guilard  nya ialah menambahkan 60 ml silikat, 60 ml NaH2PO4, dan 60 ml FeCl3 kedalam air laut ber salinitas 27 ppt dengan volume 60 liter, larutan di aduk dengan menggunakan aerasi sampai homogen. Larutan ini dimasukkan kedalam botol bervolume 1 liter sebagai wadah penyimpanan , lalu media di steril kan dengan menggunakan Autoclave.
·           Media Botol
Media yang digunakan di tahapan kultur algae dalam botol menggunakan air laut yang ditambah dengan pupuk dengan komposisi tertentu. Adapun komposisi pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel.4.6.Komposisi Pupuk Media Kultur dalam Botol (Thalasiosira & Chaetoceros)
No.
Jenis pupuk
Jumlah
1.
Silikat
0.5 ml/liter
2.
EDTA
0.25 ml/liter
3.
Sumber : Data Primer (2015)
AGP
0.5 ml/liter

Tabel.4.7.Komposisi Pupuk Media Kultur dalam Botol (Tetraselmis)
No.
Jenis pupuk
Jumlah
1.
NaNO3
3 ml/liter
2.
EDTA
0.25 ml/liter
3.
AGP
0.5 ml/liter
Sumber : Data Primer (2015)
Komposisi pupuk dan dosis diatas dimasukkan kedalam 60 liter air laut bersalinitas 27-28 ppt  dan di aduk dengan aerasi sampai homogen, lalu di masukkan kedalam botol bervolume 1 liter sebagai wadah penyimpanan, selanjutnya di Autoclave untuk mensterilkan nya.
·           Media Galon
Pembuatan media ini dilakukan didalam galon berisi 10 liter air laut bersalinitas 27-28 ppt, sebelum diberi pupuk air galon yang sebelum nya berkaporit harus di netral kan dengan thiosulfat sebanyak 10 ml. Berikut tabel pemberian pupuk pada pembuatan media kultur algae di galon.
Tabel.4.8.Dosis Pupuk Pada Pembuatan Media Kultur Algae di Galon (Thalasiosira & Chaetoceros)
No.
Jenis Pupuk
Jumlah
1.
Silikat + EDTA
0,5 ml/liter
2.
AGP
0.5 ml/liter
    Sumber : Data Primer (2015)
Tabel.4.9.Dosis Pupuk Pada Pembuatan Media Kultur Algae di Galon (Tetraselmis)
No.
Jenis Pupuk
Jumlah
1.
NaNO3
5 ml/liter
2.
EDTA
0.5 ml/ liter
3.
Sumber : Data Primer (2015)
AGP
0.5 ml/liter
Pupuk di masukkan kedalam galon yang telah berisi air sebanyak 10 liter dan telah dilengkapi dengan aerasi.
c.       Tahapan Kultur (Pembuatan Starter)
·           Penanaman bibit algae pada media agar di cawan petri : penanaman dilakukan di ruangan laminar , ambil 50 mikro liter algae yang berada dalam flask yang sebelum nya telah disortir dan dipilih yang terbaik  dengan menggunakan mikro pipet, ratakan dengan spreader yang sebelum nya telah di sterilkan dengan api bunsen.
·           Dari cawan petri ke ampul: Setelah bibit algae tumbuh di media agar, selanjutnya ialah mengambil bibit algae tersebut dengan jarum ose yang telah di sterilkan dan masukkan ke dalam ampul yang telah diisi dengan media guilard, tambah kan vitamin. Pengkulturan berlangsung selama 5-7 hari.
·           Dari ampul ke flask: Sediakan air media untuk kultur dalam flask sebanyak 150 ml, lalu masukkan algae yang berada di ampul kedalam flask ukuran 250 ml. Pengkulturan berlangsung selama 5 hari.
·           Dari flask ke botol (1) 1 liter: Pentransferan dilakukan dengan cara menuangkan bibit yang terdapat dalam flask kedalam botol yang sudah berisi air media yang sudah siap, masing-masing botol berisi 600 ml ir media ditambahkan dengan 200 ml bibit yang berada dalam flask. Lakukan pemasangan selang aerasi, pengkulturan berlangsung selama 3 hari.



·           Dari botol (1) ke botol (2): Pentransferan antara botol (1) kebotol (2) dilakukan dengan cara menuangkan masing-masing 100 ml bibit dalam botol (1) kedalam botol (2) yang sebelum nya telah berisi air media sebanyak 600 ml. Lakukan pemasangan selang aerasi, pengkulturan berlangsung selama 3 hari.
·           Dari botol (2) ke galon (1): Tahapan ini disebut upscale. Menyiapkan air media dalam galon dengan menambahkan pupuk kedalam 10 liter air sesuai dengan dosisnya. Selanjutnya pilih bibit yang paling lama dikultur untuk digunakan sebagai bibit yang akan ditransfer dalam galon, pengkulturan dilakukan dengan cara menuangkan 2 buah botol (2) kedalam 1 buah galon (1). Pengkulturan dalam galon (1) berlangsung selama 3 hari untuk Thallasiosira & Chaetoceros dan 5 hari untuk Tetraselmis.
·           Dari galon (1) ke galon (2) : Tahapan ini disebut Split . Menyiapkan air media dalam galon dengan menambahkan pupuk yang dosis nya sama dengan pupuk yang ditambahkan pada pembuatan air media galon (1) kedalam 10 liter air. Pentransferan dilakukan dengan cara menambahkan 4 liter bibit dalam galon (1) kedalam galon (2). Pengkulturan berlangsung selama 3 hari untuk Thalla & Chaetoceros dan 5 hari untuk Tetraselmis.





2.        Intermediate
Wadah yang digunakan dalam tahapan intermediate ialah fiber bervolume 1 ton serta bak berukuran kecil .
a.    Kultur Intermediate Thalasiosira
Air laut diisi kedalam fiber sebanyak 1 ton. Dosis pupuk yang digunakan dalam pemupukan dapat dilihat  pada tabel berikut.
Tabel.4.10.Dosis Pupuk Kultur Thalasiosira &  Chaetoceros di fiber
No.
Jenis Pupuk
Dosis
1.
Silikat
15 ppm
2.
NaNO3
50 ppm
3.
KNO3
50 ppm
4.
DSP
10 ppm
5.
UREA
30 ppm
6.
AGP
15 ml/ton
                                    Sumber: PT.CPB Rembang
Lalu tambahkan 3 galon yang berisi bibit kedalam 1 ton air laut yang sebelum nya telah dilakukan pemupukan. 2-3 hari selanjut nya bibit di pindahkan dengan pompa celup ke bak intermediate yang sebelum nya bak yang berukuran 15 ton telah diisi air laut sebanyak 10 dan telah dilakukan pemupukan serta pensterilan kaporit dengan thiosulfat. Adapun dosis pupuk sebagai berikut.
Tabel.4.11.Dosis Pupuk Kultur Thalasiosira di bak intermediate
No.
Jenis Pupuk
Dosis
1.
Silikat
150 ml/ton
2.
NaNO3
50 ppm
3.
KNO3
50 ppm
4.
DSP
10 ppm
5.
UREA
30 ppm
6.
AGP
15 ml/ton
                        Sumber: CPB Rembang
Setelah 2-3 hari bibit Thalasiosira di pompa ke bak massal dengan menggunakan pompa celup.


b.      Kultur Intermediate Chaetoceros & Tetraselmis
Air laut diisi kedalam fiber dengan volume 1 ton. Pemupukan dilakukan dengan menambahkan pupuk kedalam air media di dalam fiber yang sebelum nya telah disterilkan dengan thiosulfat.  Adapun dosis pupuk untuk Chaetoceros dapat dilihat pada tabel 4.10. Sedangkan untuk dosis pupuk untuk Tetra Selmis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel.4.12.Dosis Pupuk Kultur Tetraselmis di fiber
No.
Jenis
Dosis
1.
NaNO3
100 ppm
2.
KNO3
100 ppm
3.
UREA
60 ppm
4.
AGP
15 ml/ton
                        Sumber: PT.CPB Rembang
Setelah dilakukan pemupukan selanjutnya dilakukan pemberian bibit sebanyak 3 galon setiap fiber nya. 2-3 hari selanjutnya bibit di pompa ke bak massal menggunakan pompa celup.
3. Massal
Setelah diisi dengan air, selanjutnya dilakukan pemberian thiosulfate untuk menghilangkan kaporit dengan perbandingan dosis 1:1. Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk dengan dosis sebaai barikut.
Tabel.13.Dosis Pupuk Kultur Algae Skala Massal
No.
Jenis
Dosis
1.
Silikat
150 ml/ton
2.
NaNO3
40 ppm
3.
KNO3
40 ppm
4.
DSP
10 ppm
5.
UREA
10 ppm
6.
AGP
15 ml/ton
                           Sumber: PT.CPB Rembang




4.3.2. Kultur Artemia Salina
1.    Proses Dekapsulasi
Cyste artemia dituang dalam ember besar ber volume 60 liter, campur dengan  air tawar sebanyak 0,5 liter, kemudian diaduk hingga butiran artemia basah secara merata. Lalu berikan larutan kaporit dan soda api dengan perbandingan 2 : 1.
Beri Aerasi dengan tekanan yang kuat, tekanan aerasi yang kuat dilakukan bertujuan untuk menghomogenkan larutan kaporit dan soda api dalam proses dekapsulasi. Setelah dekapsulasi cyste artemia, saring dengan memakai saringan 100 µ yang dipasang di rangka persegi , lalu dibilas hingga bersih dengan air tawar sampai bau  seperti chlorine dan soda api menghilang. Selama proses dekapsulasi diusahakan suhu tidak lebih dari 40ºC karena dapat menyebabkan artemia terbakar dan mati. Proses dekapsulasi diulang 3-4 kali yang diakhiri dengan perubahan warna dari warna awal (coklat) menjadi abu lalu menjadi merah bata .
Keuntungan dari dekapsulasi artemia adalah:
-  Membunuh bakteri dan jamur yang terdapat pada cyste melalui pemberian chlorine.
-  Mengurangi kotoran cangkang setelah penetasan karena adanya penipisan pada cangkang.
-  Lebih cepat menetas karena nauplius artemia mudah merobek cangkang yang tipis, sehingga tingkat penetasan tinggi.
2.    Proses Kultur
     Artemia yang telah di dekapsulasi selanjut nya dapat langsung dikultur atau di simpan di lemari es untuk pemakaian selanjut nya . Pengkulturan dilakukan dengan cara membilas telur artemia dengan air tawar didalam seser 100 µ , ambil 1 kg telur artemia untuk selanjut nya di masukkan ke tong dengan dasar berbentuk cone dengan volume air tong 500 liter. Lama kultur berlangsung selama 24 jam.

3.    Proses Panen
            Pemanenan dilakukan setelah telur artemia menetas dengan penampakan warna merah bata cerah . Alat yang digunakan dalam proses panen ialah: seser, ember berlubang, aerasi, ember, pipa berlubang, kantong saringan, dan karet. Langkah-langkah panen artemia ialah pasang pipa berlubang di lubang tengah cone, biarkan ampas sisa telur yang telah menetas mengendap dibawah, tunggu sekitar ± 15 menit, memasang kantong saringan ke pipa pengeluaran dengan karet, lalu buka pipa pengeluaran dan biarkan artemia keluar dan tertampung di dalam kantong saringan 150 µ, tunggu sampai seluruh artemia habis keluar dan hanya menyisakan ampas di dasar tong, tampung artemia yang telah di panen dalam ember yang telah diberi aerasi, selanjut nya artemia siap di bagi ke bak-bak yang terdapat PL nya.
4.4.  Quality Control ( QC)
Quality Control dilakukan oleh divisi independent yang terdapat di CPB Rembang yaitu LAB QC, fungsi dari divisi ini ialah untuk memonitoring macam-macam kualitas yang harus di jaga dalam menyokong proses dalam pemeliharaan larva. LAB QC terdiri atas:
1.    Mikrobiologi
Fungsi diadakannya mikrobiologi ini adalah untuk menumbuhkan bakteri sehingga dapat dilihat dan dihitung jumlah bakteri yang berbahya pada udang,air media tempat tumbuh dan berkembangnya udang,peralatan yang digunakan,serta air resevoar. Di dalam kultur bakteri terdapat : kultur water ,kultur body, wet mounth dan kultur swab. Stadia sampel yang digunakan yaitu ; Zoea 2, Mysis 2, PL 2, PL 5 dan PL 7. Semua alat-alat yang digunakan harus steril. Cara sterilisasi alat ada 3 yaitu:
-          Di cuci bersih dan di keringkan
-          Di cuci, di keringkan dan di bakar
-          Di cuci, di keringkan , di autoclave , di oven dan menggunakan sinar UV.
a.       Kultur Water
-          Pengambilan Sampel.
-          Siapkan cawan petri yang sudah ada agar TSA / Tryptone Soya Agar (untuk semua bakteri) & TCBS / Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose (hanya untuk vibrio).
-          Ambil sampel  menggunakan mikropipet sebanyak 50 mikro liter.
-          Lalu lakukan penanaman di dalam media agar yang sudah disiapkan.
-          Masukkan kedalam incubator selama 18-24 jam.
-          Lakukan penghitungan bakteri yang tampak tumbuh pada media keesokan harinya.
b.      Kultur Body
-          Pengambilan Sampel.
-          Sampel di saring dan dikeringkan dengan tissue steril.
-          Ambil sampel udang masukan ke dalam tube gerus masukan sampel antara 0,001-0,005 gr.
-          Gerus sampel dan lakukan pengenceran sebanyak 3 kali.
-          Lakukan penanaman ke media agar dengan menambahkan 20 mikroliter sampel yang telah di encerkan.
-          Ratakan sampel tersebut dengan menggunkan spreader.
-          Masukkan ke dalam incubator selama 18-24 jam.
-          Lakukan penghitungan keesokan harinya.
c.       Kultur Wet Mount
-          Pengambilan Sampel.
-          Sampel di saring dan dikeringkan dengan tissue steril.
-          Menambahkan air laut yang telah di Autoclave kedalam cawan petri.
-          Masukan sampel udang sebanyak 50 ekor.
-          Ratakan sampel udang dengan menggunakan pinset.
-          Masukkan kedalam incubator selama 18 jam.
-          Lakukan pengecekan keesokan hari nya dengan cara melihat jumlah udang dengan kondisi menyala pada ruangan gelap.
d.      Kultur Swab
-          Pengambilan Sampel dengan menggunakan cottonbud.
-          Sampel di oles di media agar.
-          Masukkan di incubator selama 18-24 jam.
-          Hitung  jumlah bakteri yang tampak pada media.
2.    FHM (Fry Health Monitoring)
a.         Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dlakukan di pagi hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel udang dengan gelas plastik dengan banyak udang diambil ±30 ekor per gelas.
b.         Pengecekan Kesehatan Larva
Pengecekan dilakukan terhadap sampel udang yang diambil. Berikut aspek-aspek yang di amati pada tubuh udang:
-          Stage : stadia udang
-          Gut : makanan yang ada di dalam usus udang (%)
-          Lipid : persentase lemak pada hepato pankreas
-          BHP ( Bolitas Hepato Pankreas ) : kelainan di lipid hepato
-          BGI ( Bolitas Gut Intestin ) : kelainan sampai ke usus
-          GMR ( Gut Muscle Ratio ) : perbandingan Gut dengan daging
-          FIL (Fillament ) : bakteri yang menempel di dalam tubuh
-          Vort ( Vorticella ) : bakteri yang menempe di dalam tubuh
-          CNB ( Cannibal) : kematian udang yang dimakan
-          NEC ( Necrosis) : kerusakan jaringan karena bakteri
-          BR ( Bruise ) : udang yang buram / stress
-          PIG ( Pigmentasi ) : perubahan warna tubuh yang memerah
-          DEF ( Deformity ) : kelainan pada tubuh.
Penghitungan dilakukan dengan memberi skor setiap aspek yang diamati, kemudian hitung rata-rata dari skor yang diberi. Laporkan hasil pengecekan ke setiap module.
2.5.  Panen
Teknik panen yang dialkukan di CPB Rembang dibagi menjadi 2 cara yaitu :
1.      Panen Parsial
Panen parsial atau panen sebagian ialah panen yang dilakukan terhadap sebagian benur yang terdapat dalam bak yang diapanen . Peralatan yang digunakan ialah:Seser,Ember,Oksigen.Cara pemanenan ialah dengan cara menyeser benur dari atas,lalu dimasukkan ke dalam ember dengna kepadatan 150 ribu per ember.
2.      Panen Total
Panen total ialah panen yang dilakukan terhadap keseluruhan benur yang terdapat pada bak yang dipanen. Peralatan yang digunakan ialah : Seser, Waring, Oksigen dan Ember. Cara pemanenan ialah dengan cara membuka pipa pengeluaran atau pipa outlet untuk mengeluarkan air sebanyak 50% dari volume total air, selanjut nya memasang waring ke pipa pengeluaran, lalu buka pipa saringan dalam bak, kemudian seser benur yang keluar dari pipa pengeluaran dengan seser, lalu tampung dalam ember yang telah diisi air laut dan diberi oksigen.
Setelah dipanen, dilakukan sampling dengan menggunakan takaran yang telah diperitungkan kepadatannya. Setelah proses sampling selesai kemudian benur dikemas.
2.6.  Pemasaran

Benur yang telah lolos uji siap panen dan siap tebar dipasar kan ke: Banyuwangi, Situbondo, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bali. Pengiriman benur di sekitar pulau jawa dilakukan dengan alat transportasi darat berupa truk atau mobil box. Harga benur udang vannamei PL-9 pada CPB Rembang ialah Rp 40,-/ekor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar